Kamis, 27/08/2009 12:30 WIB
eramuslim.com. Perdana Menteri Turki Recep Tayep Erdogan memiliki kebiasaan yang patut diteladani. Di sela-sela kesibukannya sebagai PM di bulan Ramadhan, Erdogan senantiasa menyempatkan diri untuk berbuka puasa bersama rakyatnya, khususnya keluarga menengah kebawah di negerinya.
Dalam aktivitasnya itu, Erdogan tidak menggelar acara secara resmi dan besar-besaran, apalagi diliput oleh media. Erdogan melakukannya hampir secara sembunyi-sembunyi, dan akan menjadi kejutan bagi pihak yang dikunjunginya untuk berbuka.
Seperti pada hari Selasa (25/8) kemarin, Erdogan beserta beberapa orang stafnya mendatangi rumah keluarga nenek tua Eyse Olcun (74) yang terletak di bilangan Bagcilar, di pinggiran kota Ankara.
Ketika adzan maghrib berkumandang, Erdogan mengetuk pintu rumah itu. Dan, betapa terkejutnya sang pemilik rumah ketika mengetahui jika yang mengetuk pintu adalah perdana menteri mereka.
Keterkejutan Eyse Henim (nyonya) pun kian bertambah ketika Erdogan menyatakan dirinya ingin berbuka puasa bersama di rumah itu. "Henim, saya ingin berbuka bersama keluarga anda, bolehkah?" tanya Erdogan dengan senyum.
Entah seperti apa perasaan yang dirasakan Eyse Henim ketika itu. Yang jelas, ia pun dengan penuh suka cita segera mempersilahkan Erdogan dan beberapa orang yang menemaninya masuk rumah. Meski hidangan buka puasa sangat seadanya dan sederhana, tetapi suasana kebahagiaan dan keberkahan terasa demikian kuat menyelimuti rumah mungil itu.
Setelah selesai berbuka, Erdogan lalu shalat maghrib berjama'ah bersama keluarga Eyse Hanim. Setelah itu, Erdogan pun berbincang-bincang dengan anggota keluarga itu, banyak bertanya tentang kabar dan keadaan mereka.
Eyse Henim memiliki seorang suami yang kini sudah tidak lagi dapat bekerja. Selain karena sudah berusia uzur, suami Eyse Henim juga telah beberapa tahun terserang lumpuh.
Mereka juga bercerita kepada Erdogan tentang banyak hal lainnya, tentang keluhan-keluhan, dan Erdogan pun mendengarkannya dengan seksama, saling menimpali dengan memberi banyak nasihat, serta memberikan sejumlah uang untuk biaya kebutuhan rumah tangga itu.
Di tengah-tengah suasana buka puas itu, umdah (bupati) bilangan Bagcilar menyusul datang. Mungkin sang bupati mendengar kabar kedatangan Erdogan yang tengah berbuka puasa di bilangannya.
Saat datang, Erdogan sempat mencandai bupati itu. "Pak bupati, bolehkah saya meminta sesuatu hal kepada anda?" tanya Erdogan.
"Ketaatan ada pada tuan Perdana Menteri," jawab bupati itu.
Erdogan lalu merogoh saku jas bupati itu, lalu mengeluarkannya kembali dengan menggenggam sepak rokok.
"Aku yakin ini adalah bungkus terakhir yang akan anda hisap, tuan bupati," kata Erdogan.
Pak bupati pun hanya tersenyum bercampur gugup. Dan mau tak mau ia pun menyanggupi permohonan Erdogan, agar ia tidak akan merokok lagi.
Erdogan lalu mengambil pena, menuliskan sesuatu di atas pak rokok pak bupati itu. Di sana, Erdogan menulis nama bupati itu, tanggal ketika peristiwa menggelikan ini terjadi, sekaligus ditandatanganinya.
Erdogan lalu meminta kepada salah seorang stafnya untuk menyimpan kotak rokok itu, karena akan ditaruh di museum kotak dan bungkus rokok di Ankara.
Kebiasaan Erdogan yang memberi kejutan kepada rakyatnya, utamanya kalangan menenangah kebawah, dengan berbuka puasa bersama ini telah dilakukannya semenjak ia menjabat wali kota Istanbul, jauh-jauh hari sebelum Erdogan dikukuhkan sebagai PM Turki pada 2002 silam. (L2-AGS/db)
Kamis, Agustus 27, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
satu hal yang bisa dicontoh pemimpin negeri ini ... cok tessekuler
Posting Komentar