Timika (ANTARA News), Para sopir truk dan bis karyawan PT Freeport Indonesia menggunakan rompi dan topi baja anti peluru saat melintas di ruas jalan penghubung Pelabuhan Portsite ke Mile 74 Tembagapura.
Markus Toto, salah satu pengemudi kargo transport PT Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) di Timika, Kamis mengatakan penggunaan peralatan anti peluru tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan tertembak oleh orang tak dikenal di sepanjang ruas jalan Portsite-Tembagapura.
"Sudah satu bulan semua pengemudi bis dan truk kargo diwajibkan memakai rompi dan helm anti peluru," kata Markus.
Rekan Markus, Frans Sumampouw mengaku merasa cukup nyaman memakai rompi dan helm anti peluru meski beratnya mencapai 18 kilo gram.
"Cukup nyaman, paling tidak ada perhatian dari perusahaan terhadap keselamatan kami karyawan," ujar Sumampouw yang sudah 13 tahun bekerja sebagai pengemudi truk treler kargo di areal Freeport.
Kedua karyawan itu meminta pihak keamanan dalam hal ini Satgas Timika Amole yang bertugas melakukan pemulihan keamanan di areal Freeport menangkap dan memproses pelaku yang sering melakukan teror berupa penembakan bis dan kendaraan treler kargo milik Freeport.
"Kami minta polisi segera tangkap pelakunya supaya kami bisa kerja tenang dan aman," kata Markus.
Teror penembakan di areal Freeport telah berlangsung selama lebih dari satu bulan sejak 8 Juli dini hari bersamaan dengan pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres).
Aksi teror yang dilakukan orang atau kelompok bersenjata yang belum diketahui identitasnya itu telah mengakibatkan dua karyawan Freeport dan seorang anggota Propam Polda Papua tewas.
Korban yang tewas itu adalah Drew Nicholas Grant, warga negara Australia yang tewas tertembak pada 11 Juli, Markus Rate Alo tewas tertembak pada 12 Juli dan Briptu Marson ditemukan tewas pada 13 Juli.
Setelah itu aksi penembakan masih terus berlangsung di areal Freeport hingga Selasa (26/8) hingga menyebabkan sejumlah karyawan dan anggota Brimob mengalami luka-luka.(*)
Markus Toto, salah satu pengemudi kargo transport PT Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) di Timika, Kamis mengatakan penggunaan peralatan anti peluru tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan tertembak oleh orang tak dikenal di sepanjang ruas jalan Portsite-Tembagapura.
"Sudah satu bulan semua pengemudi bis dan truk kargo diwajibkan memakai rompi dan helm anti peluru," kata Markus.
Rekan Markus, Frans Sumampouw mengaku merasa cukup nyaman memakai rompi dan helm anti peluru meski beratnya mencapai 18 kilo gram.
"Cukup nyaman, paling tidak ada perhatian dari perusahaan terhadap keselamatan kami karyawan," ujar Sumampouw yang sudah 13 tahun bekerja sebagai pengemudi truk treler kargo di areal Freeport.
Kedua karyawan itu meminta pihak keamanan dalam hal ini Satgas Timika Amole yang bertugas melakukan pemulihan keamanan di areal Freeport menangkap dan memproses pelaku yang sering melakukan teror berupa penembakan bis dan kendaraan treler kargo milik Freeport.
"Kami minta polisi segera tangkap pelakunya supaya kami bisa kerja tenang dan aman," kata Markus.
Teror penembakan di areal Freeport telah berlangsung selama lebih dari satu bulan sejak 8 Juli dini hari bersamaan dengan pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres).
Aksi teror yang dilakukan orang atau kelompok bersenjata yang belum diketahui identitasnya itu telah mengakibatkan dua karyawan Freeport dan seorang anggota Propam Polda Papua tewas.
Korban yang tewas itu adalah Drew Nicholas Grant, warga negara Australia yang tewas tertembak pada 11 Juli, Markus Rate Alo tewas tertembak pada 12 Juli dan Briptu Marson ditemukan tewas pada 13 Juli.
Setelah itu aksi penembakan masih terus berlangsung di areal Freeport hingga Selasa (26/8) hingga menyebabkan sejumlah karyawan dan anggota Brimob mengalami luka-luka.(*)
0 komentar:
Posting Komentar